Pengembangan skill bahasa Arab terus
diupayakan oleh para mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) IPMAFA. Salah
satu kegiatan yang menarik belum lama ini dengan menyelenggarakan festival
bahasa Arab se-eks Karesidenan Pati di kampus Ipmafa (16/5). Festival tersebut terdiri dari berbagai macam lomba terkait penguasaan
bahasa Arab yang meliputi tujuh kategori yaitu khitobah
(pidato Arab), qiro’atus syi’ir (membaca puisi arab), ghina’ arabi
(bernyanyi arab), ilqoul qisoh (bercerita), qiro’atul kutub (baca
kitab), khoth ‘araby (kaligrafi), dan tilawah al qur’an.
Festival yang digawangi Badan
Eksekutif Mahasiswa Prodi PBA ini mendapat respon sangat baik dari lembaga pendidikan sekitar
sehingga diikuti lebih dari 100 peserta dari 22 lembaga sekolah se eks
Karesidenan Pati. Acara berjalan cukup lancar yang dimulai seja pagi
hingga sore hari.
Cholik, ketua panitia Festival mengatakan bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan
festival ini untuk melatih para siswa agar lebih kreatif menggunakan bahasa
Arab dan berekspresi bahasa Arab dengan baik. “Tujuan acara ini untuk menarik perhatian dan memotivasi para siswa
agar giat memperdalam bahasa Arab, mengingat praktik pembelajaran bahasa Arab
di Indonesia serta kurikulum yang dicanangkan pemerintah terkesan monoton sehingga
mengesankan bahasa Arab sebagai bahasa yang sulit dan membosankan. Harapan kami
para siswa bisa lebih kreatif dan mengekspresikan semuanya dengan bahasa arab” tuturnya.
Kegiatan yang mengusung tema “Optimalisasi
Bahasa Arab Sebagai Bahasa Peradaban” ini juga bertujuan
untuk mensosialisasikan kepada masyarakat terkait kampus
IPMAFA yang baru beralihstatus dari sekolah tinggi menjadi institut.
Rektor Ipmafa, Abdul Ghafarrozain MEd dalam sambutannya menceritakan
ketika orang belajar dan mahir bahasa Arab atau lulus dari kampus di Timur
Tengah, masyarakat memberi stigma bahwa orang tersebut telah menjadi radikal, berbau
teroris dan sebagainya. Hal ini disebabkan kondisi
politik dan rentannya konflik yang tumbuh-subur
di daerah Timur Tengah. “Di sinilah
posisi pesantren, meskipun belajar dan mahir bahasa Arab pesantren mengajarkan
bagaimana Islam yang damai, toleran, dan memiliki potensi
yang besar, sehingga di masa mendatang studi tentang keislaman dunia akan menjadikan pesantren
sebagai referensi utama” paparnya.